Sabtu, 14 September 2013

Manusia Masa Praaksara di Indonesia

Bagaimana jenis manusia purba di Indonesia diketahui? Setiap orang telah mengetahui siapa manusia pertama yang diturunkan Tuhan di atas permukaan bumi. namun, tidak semua orang mengetahui fisik manusia pada masa lalu, corak kehidupan, dan berbagai peralatan hidup manusia di kelampauan. Keingintahuan inilah yang telah mendorong manusia (terutama para peneliti) untuk menggali, mengorek tanah, dan mengumpulkan berbagai benda purbakala. Benda-benda yang dicari berupa fosil dan artefak.

Indonesia termasuk negara yang banyak meninggalkan fosil dan artefak. Banyaknya penemuan benda-benda itu membuat Indonesia menjadi negara yang penting bagi para peneliti kehidupan prasejarah. Para peniliti yang datang ke Indonesia umumnya memiliki alasan sederhana. Menurut mereka, kawasan Indonesia amat nyaman, lingkungannya enak, dan berada di bawah garis khatulistiwa. Hal ini memungkinkan kehidupan keseharian bisa terus berlangsung tanpa terputus oleh musim. Dengan demikian, sampai abad ke-19 wilayah indonesia menjadi daerah hunian bagi makhluk beragam kera dan gorila-gorila besar, yakni makhluk mendekati bentuk manusia.
Contoh fosil tulang belulang.
Contoh fosil ikan.
Usaha para peneliti untuk terus mencari benda-benda purbakala membawa hasil. Para peneliti telah menemukan berbagai jenis manusia purba yang pernah hidup di Indonesia. Fosil-fosil jenis manusia purba di Indonesia yaitu pithecantropus, megantropus, dan homo.

1. Pithecantropus
Pada tahun 1889, seorang geolog Belanda bernama B.D. can Rietschoten menemukan tengkorak manusia di daerah Wajak, dekat Tulungangung, Jawa Timur. Hasil temuan itu kemudian dikirmkan kepad atemannya yang bernama Dr. Eugene Dubois di Belanda. Dubois merasa tertarik dengan benda kiriman itu. Ia lantas berusaha medatangi tempat penemuan benda itu. Segeralah ia dengan sukarela mendaftarkan diri ke dalam dinas militer Belanda. Harapannya, ia dapat dikirim untuk bertugas di Indonesia. Keinginan ini akhirnya terkabul.

Di Indonesia, Dubois lebih banyak menekuni penelitian daripada tugas militernya. Daerah pertama yang ia jelajahi adalah sekitar wilayah Sumatra Barat. Berbulan-bulan ia mengadakan penelitian di situ tetapi hasilnya sia-sia. Oleh sebab itu, Dubois segera mengalihkan perhatiannya ke Pulau Jawa. 

Keinginan Dubois terpenuhi di Pulau Jawa. Pada tahun 1890, Dr. Eugene Dubois menemukan fosil di daerah Trinil, dekat Ngawi, Jawa Timur. Fosil pertama yang ia temukan adalah tempurung kepala dan tulang rahang. Setahun kemudian ia mendapatkan fosil tulang paha kiri yang diperolehnya di dekat lokasi penemuan pertama. Setelah direkonstruksi (disusun/digambar), tinggi tubuh temuan Dubois di perkirakan antara 165-180 cm. Fragmen (bagian) tubuhnya menunjukkan ciri manusia yang mulai berjalan tegak. Oleh sebab itu, fosil temuan ini oleh Dubois diberi nama Pithecantropus erectus yang berarti manusia-kera yang berjalan tegak. Fosil ini dikenal pula dengan sebutan Manusia Jawa.

Fosil Pithecantropus erectus.
Perkiraan bentuk wajahnya.
Pencarian terhadap jenis fosil Pithecantropus erectus terus dilakukan. Pada tahun 1936, dua orang peneliti yang bernama Duyfjes dan Von Koenigswald berhasil menemukan fosil Pithecantropus erectus di Perning, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Hasil temuannya berupa tengkorak anak-anak yang berusia sekitar enak tahun. Jenis manusia purba ini diduga telah hidup sekitar 1,9 juta tahun yang lalu. Hasil temuan tadi kemudian diberi nama Pithecantropus mojokertensis (manusia-kera dari Mojokerto) atau Pithecantropus robustus. Para arkeolog menganggap jenis fosil manusia purba ini palng tua usianya di Indonesia.

2. Megantropus
Penemuan fosil manusia purba lain yang agak tua usianya di Indonesia ialan Megantropus paleojavanicus (manusia besar tua dari Jawa). Jenis manusia purba ini diperkirakan hidup pada 1,6 juta tahun yang lalu. Fragmen-fragmen fosil megantripus ditemukan oleh Von Koenigswald antara tahun 1936-1941 di Sangiran, daerah Surakarta (Jawa Tengah). Fragmen pertama yang ditemukan berupa rahang bawah dan rahang atas.

Pada tahun 1952, seorang peneliti bernama Marks menemukan pula fragmen gigi lepas dari jenis megantropus ini, sehingga ia ikut melengkapi temuan sebelumnya. Setelah diteliti dengan saksama, jenis fosil megantropus ternyata memiliki tulang rahang yang tegap. Selain itu fosil ini juga bergeraham besar. Apabila dibandingkan ukuran dan bentuknya, fosil megantropus lebih besar dan berperawakan lebih tegak dibandingkan pithecantropus.

3. Homo
Jenis fosil homo memiliki ciri yang berbeda dengan pithecantropus dan megantropus. Isi tengkorak jenis fosil homo diperkirakan antara 1.000-2.000 cc. Fosil homo memiliki tinggi badan yang bervariasi, yaitu antara 130-210 cm. Berat badannya diperkirakan 30-150 kg. Adapun fosil homo yang ditemukan di Indonesia adalah Homo soloensis dan Homo wajakenis.

a. Homo soloensis
Pada tahun 1931-1933, tiga orang peneliti, yaitu Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald berhasil menemukan satu seri tengkorang yang jumlahnya sangat besar. Tengkorak-tengkorang itu ditemukan di daerah Ngandong, dekat Blora, Jawa Tengah. Berdasarkan penelitian, fosil manusia purba ini menempatkan diri pada tingkatan yang lebih tinggi daripada Pithecantropus erectus. Jenis penemuan ini dinamakan Homo soloensis, artinya manusia dari Solo. Homo soloensis diperkirakan telah hidup antara tahun 35.000-15.000 sebelum Masehi (SM).

b. Homo wajakenis
Fosil purba ini ditemukan tahun 1889 oleh B.D. van Rietschoten di daerah Wajak, Tulungangagung, Jawa Timur, dan diberi nama Homo wajakenis (manusia dari Wajak). Di tempat yang sama, Dubois menemukan fosil sejenis yang diberi nama Homo wajakenis II pada tahun 1920. Menurut perkiraan ahli, Homo wajakenis merupakan bentuk perubahan langsung dari Homo soloensis. Jenis manusia purba ini menurunkan penduduk asli Pulau Papua dan sekitarnya.

Tengkorak Homo wajakenis mempunyai daya tambung volume otak kira-kira 1.530 cc dan 1.650 cc. Di antara semua jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia, Homo wajakenis merupakan jenis manusia purba terakhir yang memiliki tingkat kecerdasan dan peradaban paling tinggi dibanding yang lainnya.

sumber : buku IPS Terpadu SMP Kelas VII
Share:

0 Comments:

Posting Komentar