“Nad.. bangun, Nad.. ayo Shalat Shubuh.” Ajak kak Nayla.
Aku hanya mengangguk.
Allahu Akbar... Shalat telah
dimulai. Selesai Shalat kami sarapan, lalu, pergi ke jalan raya.
Oh ya, perkenalkan, namaku Nadia. Aku tinggal di lingkungan yang serba
miskin. Ayahku meninggal 3 tahun yang lalu saat aku berumur 4 tahun. Ibuku
mengidap penyakit kanker ginjal, tetapi, kami belum memiliki biaya, dan kami
berharap ada bala bantuan. Aku dan kak Nayla tidak sekolah, kami hanya bisa
mengemis untuk makan sehari-hari
Aku sampai di pinggir jalan raya dengan membawa papan. Aku duduk lalu
menaruh papan itu di depanku lalu aku memegang sebuah kaleng kosong. Dan,
kakakku pergi mencari tempat lain yang tidak jauh dariku, supaya aku masih
dalam pengawasan.
Tak lama kemudian, ada seorang laki-laki mengambil papanku. Aku hanya
diam. Lalu dia mengembalikannya kembali. Setelah itu, dia memasukkan sejumlah
uang. Tak lama, kalengku telah penuh.
“Nad, kamu dapat penghasilan banyak! Alhamdulillah, ya Rabb..” ujar kak Nayla.
“Memang, apa yang pria itu tulis, kak?” tanyaku yang masih saja penasaran.
Lalu, kak Nayla mengambil papan itu lalu membaca.
“Pria itu menulis: Hari ini hari yang sangat indah dan saya tidak bisa melihat.” Jawab kak Nayla.
“Hhhh, padahal yang kubawa dari rumah tadi tidak jauh berbeda sama yang ini.” Kataku sambil mendesah.
“Tapi, Nad. Kata-kata ini lebih bermakna daripada yang kau bawa dari rumah tadi. Pria itu mengatakan bahwa bersyukurlah orang-orang yang memiliki mata, bahwa mereka masih bisa lihat!” ujar kak Nayla.
Aku ini buta.. aku buta sejak 3 tahun yang lalu karena kejadian
kecelakaan yang menimpa aku dan ayahku. Ayahku tidak selamat, dan alhamdulillah
aku selamat, tetapi, aku harus kehilangan 2 mataku..
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oke, ini dia cerpen buatan Lydia :D. Maaf ya kalau agak gaje gaje gimanaaaa gitu :3 udah Lydia bilang, Lydia masih belajaaaarrrrr ;3.
0 Comments:
Posting Komentar