Grafiti = Indah atau Kotor?
Orang mengenal grafiti sebagai tulisan yang dibuat dengan cat semprot di tembok-tembok. Grafiti memang berarti menulis (dari bahasa Yunani "graphein"). Masalahnya, tulisan yang dibuat di tembok bermacam-macam rupanya. Ada yang dibuat dengan serius. Tetapi, banyak pula yang asal-asalan. Ada yang membuat pada ruang khusus di tembok. Ada juga yang asal semprot dan tumpang tindih. Ada orang yang senang memperhatikan warna-warni tulisan di tembok. Ada juga yang lebih suka jika tembok itu bersih. Oleh karena itulah banyak orang berdebat, apakah grafiti itu seni atau justru merusak keindaha.
Gara-Gara si Taki
Grafiti sudah mulai dikenal akhir tahun 1960 di New York. Ceritanya, ada seorang lelaki bernama Taki. Dia selalu menuliskan nama dan alamat tinggalnya dengan spidol di bus, kereta bawah tanah, dan lain-lain. Taki 183, begitulah bunyi coretannya. Angka 183 menunjukkan alamat Taki di 183rd Street Washington Heights. Tulisan itu bertebaran hampir di seluruh kota New York. Orang-orang penasaran, siapa si Taki ini sebenarnya. Akhirnya, pada tahun 1971, si Takin diwawancarai sebuah majalah. Sejak itu, dia menjadi terkenal.
Munculnya Para Bomber
Sejak Taki terkenal, banyak anak muda mengikuti jejaknya. Mereka menuliskan nama dimana-mana. Pada awalnya mereka menulis dengan spidol. Lalu, meningkat dengan cat semprot. Semprot-menyemprot dengan cat ini disebut "ngebom". Penyemprotnya disebut bomber. Semakin lama, jumlah bomber semakin banyak. Mereka menuliskan nama atau identitas mereka di dinding, kereta bawah tanah, tiang listrik, dan di mana saja. Kegiatan menvortkan identitas ini disebut "tagging". Masing-masing bomber ingin menunjukkan jati diri mereka. Oleh karena itu, mereka lalu membuat kreasi huruf yang unik dan menjadi ciri khas mereka. Dari situlah, kemudian berkembang seni grafiti.
Beda Grafiti dengan Mural
Grafiti lebih mengutamakan tulisan. Ada yang menonjolkan isi tulisan (pesan), ada yang memamerkan keindahan hurufnya (kaligrafi). Sedangkan mural mengutamakan gambar. Mural ada yang dibuat dengan alat lukis dan tidak selalu dengan cat semprot. Mural pada umumnya dibuat untuk menyampaikan pesan tertentu. Misalnya, tentang bahaya polusi, tentang ajakan menabung, dan sebagainya. Kota yang terkenal dengan keindahan muralnya di Indonesia, misalnya Yogyakarta.
Pasukan Anti Grafiti
Banyak orang menganggap grafiti merusak keindahan kota. Oleh karenanya, Mayor Rudoph Giuliani pernah membentuk pasukan khusus Anti-Grafiti di New York pada tahun 1995. Mereka berkeliling untuk menangkapi para bomber. Mereka juga mengontrol para penjual cat semprot, agar tidak menjuat cat pada orang yang berusia kurang dari 18 tahun.
Bagaimana, menurutmu? Grafiti itu termasuk seni atau bukan?sumber : Majalah Bobo Edisi 01 Tahun XXXVIII
0 Comments:
Posting Komentar